Senin, 01 April 2013

Pemanis Buatan Ternyata Memicu Kegemukan

pemanis buatan


Apakah anda salah satu yang percaya bahwa untuk menjadi sehat, langsing dan fit anda harus menghindari gula dan mengkonsumsi pemanis buatan? Jika begitu, anda perlu mengetahui bahwa pemanis buatan tidaklah sesehat seperti yang diklankan di berbagai media. Sebab studi terbaru menunjukkan pemanis buatan justru akan membuat pemakainya cenderung gemuk!!!

Pemanis buatan memang berkalori rendah atau bahkan tidak berkalori sama sekali (non-kalori). Secara logika sederhana, hal itu berarti membuat mereka menjadi pengganti gula yang baik. Anda tetap dapat mengonsumsi aneka makanan yang manis tanpa perlu khawatir kelebihan kalori. Pemanis buatan melindungi Anda dari kegemukan. Ternyata tidak.

Bukti epidemiologi di Amerika Serikat, negara yang memelopori konsumsi pemanis buatan, menunjukkan hal sebaliknya. Seiring dengan meluasnya penggunaan pemanis buatan–seperti aspartam dalam Diet Coke dan sukralosa dalam Pepsi One– persentase penduduk AS yang mengalami obesitas juga meningkat. Berbagai penelitian eksperimental menunjukkan bahwa memang ada kaitan antara pemanis buatan dan kenaikan berat badan.

Pemanis Buatan dan Hasrat Makan

Pemanis bebas gula seperti sakarin, aspartam, siklamat, sukralosa, dan lainnya secara paradoks justru meningkatkan hasrat makan secara berlebihan dengan membingungkan otak.

Dengan memonitor perubahan di otak, para ilmuwan telah menemukan bahwa otak bereaksi secara berbeda terhadap pemanis buatan dan gula pasir. Setelah mengonsumsi pemanis buatan, otak manusia akan menafsirkan rasa manis secara berbeda, menyebabkan reaksi yang juga berbeda.

Otak biasanya mengaitkan rasa manis dengan kadar kalori untuk membantu mengatur asupan energi. Ketika kita berpuasa, misalnya, otak akan memotivasi kita untuk berbuka dengan yang manis-manis karena memiliki kalori yang diperlukan tubuh. Dalam kasus soda diet, ternyata rasa manis tidak terkait dengan kalori. Hal ini membuat otak bingung dan merasa “tertipu”. Setelah tertipu, sensor manis otak tidak lagi dijadikan alat ukur yang dapat diandalkan untuk mengatur konsumsi energi. Otak akan mengabaikan rasa manis dalam memprediksi kandungan energi dari makanan.

Pengabaian otak ini, yang terjadi pada peminum soda diet, memiliki korelasi langsung dengan peningkatan risiko obesitas. Setelah terbiasa mengonsumsi pemanis buatan, otak tidak lagi mengaktifkan reseptor manis. Anda dapat mengonsumsi makanan yang manis (bahkan yang berkalori tinggi) dalam jumlah banyak, tanpa ada perintah otak untuk berhenti karena kebanyakan kalori. Selain itu, pemanis buatan membingungkan kemampuan otak untuk mengambil kalori atau energi darinya, menyebabkan Anda untuk tetap terus mengonsumsinya melampui ambang kenyang. Konsumsi makanan dan minuman secara berlebihan inilah yang berkontribusi terhadap kenaikan berat badan.

Temuan ini menguatkan kesimpulan dari penelitian sebelumnya pada hewan. Tikus yang diberi suplemen sakarin secara signifikan mengalami pertambahan berat badan dan lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya diberi glukosa.

Jadi, jangan gunakan pemanis buatan. Tetap pakai gula, namun dalam jumlah yang terkontrol. Ini jauh lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar